Senin, 14 Juni 2010

Profil Brandon De Angelo (Indonesia Mencari Bakat – Trans TV)

http://adesepele.files.wordpress.com/2010/05/brandon-de-angelo.jpg?w=196&h=239Ini dia si bocah ajaib nan menggemaskan dari Surabaya. Dia adalah salah satu peserta di ajang Indonesia Mencari Bakat, yang perfomance-nya selalu mendapatkan apresiasi yang begitu meriah. Berbekal bakat menarinya yang sangat luar biasa, Brandon selalu dapat menghipnotis para audience dan juri. Dalam setiap performance-nya Brandon selalu mampu mendapatkan pujian dari para juri dan standing applause dari penonton.
Apa yang ditampilkan bocah berusia 8 tahun ini sangatlah entertaining, bukan hanya wajahnya yang lucu tapi juga kemampuannya yang sangat luar biasa. Gerak tubuhnya, ekspresi dan pembawaannya di panggung layaknya penari profesional.


Komentar Juri – 1st Perfom:

  1. Tantowi : "Kamu punya abkat luar biasa."
  2. Sarah Sechan : "Brandon kata justin timberlake kamu disuruh ke amerika aja langsung."
  3. Rianti : "Energinya keluar banget dan KEREN BANGEEET"
ditambahkan oleh tantowi yahya : "Kita sependapat, One day kamu akan menjadi penyanyi yang hebat."
Profile :
  1. Nama : Brandon De Angelo
  2. Umur : 8 Tahun
  3. Asal : Surabaya, Jawa timur
  4. Bakat : Dance/ Break Dance
  5. Cita-cita : penari
Link :
  1. FB : Link Facebook Brandon De Angelo
  2. FS : http://profiles.friendster.com/93202915
  3. TWITTER : http://twitter.com/BrandonIMB
  4. Youtube : Video Brandon @ IMB
Harry Potter Bio
Harry Potter
With the appearance of any young school boy and with some of the same interests this thin, scruffy haired boy with the large round glasses was destined for a life far from normalcy.
Harry James Potter was born on July 31st 1980, the same year that saw the murder of John Lennon, the only child of James Potter and Lily Evans. Sadly, by the time Harry was fifteen months old he was orphaned when his parents were by killed by the evil Lord Voldemort at Godric’s Hollow.  Although fighting desperately for her own life Lily managed to save the life of her son Harry and in doing so her sacrificial love bestowed upon him some magical powers that would help him resist further attacks by Lord Voldemort.
After the premature deaths of his parents, Harry went to live with his mother’s sister, Petunia and her husband, Vernon Dursley in four Privet Drive, Little Whinging, Surrey, a small town just outside London, England, the home of Queen Elizabeth II. The couple already had one son, Dudley, who was born just one month before Harry and who was an intensely spoilt brat.
It had not been from choice that Petunia and Vernon had become the foster parents of Harry and this was always evident in the way they treated the boy in comparison to their own son, Dudley. Harry was treated with disdain and at times with cruelty. But worse than that, the couple kept the secret from him about his parent’s death. Harry was lead to believe that his parents had been killed in a car crash and in concealing the truth of their death Petunia and Vernon omitted to reveal to Harry any knowledge of his magical powers.
When Harry, who shares his name with Prince Harry, reached the age of eleven he began to receive mail which once again his uncle concealed from him. His uncle was aware that the letters were from the Magic World.
As more letters arrived his uncle moved the family to another address but the to avoid them falling into Harry’s hand, but the letters followed them wherever they went. In the first hour of his eleventh birthday, Harry was sat at home a hundreds of letters began flying through the letter box. HIs aunt and uncle then moved him to an island where a mysterious man, Hagrid, appeared and delivered a letter that Harry should have read a week ago. The letter invited him to enroll at a magic school, much to his Uncle Vernon's displeasure. His aunt and uncle had already enrolled Harry at Stonewall High School, a local public school so when Harry went off to Hogwarts they told people that Harry’s disappearance was due to him attending St. Brutus’s Secure Centre for Incurably Criminal Boys.
Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry was located in a castle in the middle of a ring of mountains in Scotland, the birth country of Sean Connery, and was usually reached by taking the Hogwarts Express from Platform 9 3/4 at Kings Cross station, London.
While at Hogwarts, Potter became a student wizard of Witchcraft and Wizardry, where he belonged to the house of Gryffindor. While attending Hogwarts Harry involved himself in playing the sport of quidditch and continued to battle with the villain who had murdered his parents, Lord Voldemort. Harry’s years at Hogwarts saw him making some of the best friends of his life. His closest friends were Hermione Granger and Ron Weasley. He had a constant rivalry with and dislike for Draco Malfoy. Growing up at Hogwarts saw Harry growing from a thin child with brilliant green eyes, which he inherited from his mother, and black messy hair, a lightning-shaped scar on his forehead and large round glasses held together with tape, into a well accomplished wizard. Harry’s wand, which was the ‘brother’ of Lord Voldemort’s, consisted of Holly and Phoenix feathers from Dumbledore’s phoenix. Along with his wand Harry also had an invisible cloak, Marauder’s Map, a pocket sneakoscope and a two way mirror.
The school friends of Harry at Hogwarts were also in training to become wizards and to qualify for a place at Hogwarts the student's qualifications were that they had to be ‘magical people’, wizards and witches, not  normal, unmagical ones,  referred to as the 'muggles'.  A wizard or witch can be born from two magical parents, two muggles, or a mixture thereof, a half-blood. A derogatory name for those witches and wizards born of Muggle parentage is Mudbloods. This is an insult used only by purebloods who feel that Half-blood and Muggle-born witches and wizards are somehow inferior to purebloods. Hogwarts offered Harry and his friends the chance to call upon their gifts and natural abilities and to learn to control them in the pursuit of good. Harry and his friends "cast spells" and uttered incantations and made potions.
Harry left Hogwarts school at the age of seventeen, in 1998, the year that saw the death of Frank Sinatra and the release of ‘Sex and the City’ starring Kim Cattrall and Sarah Jessica Parker.
Harry's character has been portrayed in five movies starring British actor Daniel Radcliffe following the success of the series of books written about his school days, once again, by British author J K Rowling.
ABB
www.bigoo.wswww.bigoo.wswww.bigoo.wswww.bigoo.wswww.bigoo.wswww.bigoo.wswww.bigoo.wswww.bigoo.wswww.bigoo.wswww.bigoo.wswww.bigoo.wswww.bigoo.wswww.bigoo.wswww.bigoo.wswww.bigoo.wswww.bigoo.wswww.bigoo.wswww.bigoo.wswww.bigoo.ws
Glittery texts by bigoo.ws
myspace layouts
myspace layouts
myspace layouts
myspace comments

Kamis, 03 Juni 2010

[sunting] Pendidikan
Serius di musik tak membuat Yovie lupa kuliah. Yovie berhasil menyelesaikan kuliah di Jurusan Hubungan Internasional Fisip Unpad, Bandung dengan predikat cum laude.[2]
[sunting] Perjalanan karier
[sunting] Awal karier
Yovie lahir di keluarga yang sangat dekat dengan musik. Meski begitu, sang bunda awalnya melarang Yovie berprofesi sebagai musisi. Yovie berkenalan dengan musik jazz saat berusia 5 tahun. Pamannya, Hasbullah Ridwan, yang tidak lain adalah ayah Elfa Secioria, salah satu komposer dan musisi senior Indonesia adalah orang yang berperan mengenalkan Yovie pada musik jazz.
Kemudian Yovie pun mulai bermain band, dengan masih membawa 'ruh' jazz. Sejak duduk di bangku SMP, Yovie telah rutin bermain band di Hotel Savoy Homann, Bandung. Ruth Sahanaya dan Trie Utami pernah menjadi teman main band-nya saat itu.
Yovie mulai berkiprah di tingkat nasional dengan mengikuti Festival Band Tingkat Nasional di Balai Sidang Jakarta (sekarang Jakarta Convention Center/JCC) tahun 1986. Tahun yang sama ia membentuk Kahitna. Sejak saat itu, berbagai prestasi nasional dan internasional diraih Yovie. Salah satunya adalah The Best Composer pada Young Star International Festival di Taipei, Taiwan, tahun 1991.
Perkenalan pertama Yovie dengan musik pop pada tahun 1986 melalui album David Foster yang musik-musiknya memiliki melodi sederhana, tetapi chord-nya susah, dan satu lagu bisa memiliki beberapa nada dasar yang berbeda. Menurut Yovie berkat David Foster dia menjadi tahu bahwa musik pop bisa dibuat berbobot. Sejak saat itu, Yovie mulai melirik industri musik pop Indonesia dengan patokan karya-karya 'pop bergizi' David Foster dan Quincy Jones.
Yovie dalam ajang AMI Awards 2009, ia mendapatkan nominasi terbanyak, sebanyak 7 nominasi, dalam kategori duo/kolaborasi/grup terbaik, penata musik terbaik, pendatang baru terbaik dari yang terbaik, album terbaik dari yang terbaik, karya produksi terbaik dari yang terbaik.
[sunting] Kahitna
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kahitna
Tahun 1994, bersama Kahitna, Yovie merilis album perdana mereka, Cerita Cinta. Sejak saat itu kesuksesan Yovie dimulai. Yovie bersama Kahitna telah merilis 7 album yaitu Cerita Cinta (1994), Cantik (1996), Sampai Nanti (1998), Permaisuriku (2000), Cinta Sudah Lewat (2003) dan Soulmate (2006) serta album The Best of Kahitna (2002).
Kahitna pernah meraih prestasi Grand Prix Winner Band Explosion 1987 dan Band Explosion Tokyo-Japan 1991.[3]
[sunting] Solo
Medio 2000, Yovie merilis album yang diberi judul Kumpulan Karya Terbaik Yovie Widianto.[4] Tahun 2005, Yovie merilis album A Portrait of Yovie, kumpulan lagu-lagu terbaiknya yang dibawakan oleh para penyanyi kenamaan. Di album ini, ada karya terbaru Yovie berjudul "Tak 100%" dibawakan oleh Astrid, penyanyi yang sudah berkiprah mengisi soundtrack Tusuk Jelangkung. Runner-up Indonesian Idol, Delon, juga turut menyanyikan sebuah lagu terbarunya yang berjudul "Terjaga di Setiap Mimpiku". Sebagai single unggulan, dipilihlah lagu "Salahi Aku (Ku Jatuh Cinta Lagi)" yang dinyanyikan Rio Febrian. Di album ini, Yovie juga dibantu oleh Stephen Santoso dan Tohpati dalam mengaransemen lagu-lagu baru.[5]
Sebagai penghargaan 23 tahun perjalanannya di belantika musik Indonesia, Yovie menggelar konser spesial yang diberi tajuk A Mild Live The Magical Journey Of Yovie Widianto. Konser tersebut berlangsung 14 September 2006 di Plenary Hall, Jakarta Convention Center.[6] Dua tahun sebelumnya, Yovie pernah menggelar konser 'kecil' atas pencapaian karirnya di dunia musik selama 21 tahun bertempat di Zoom Resto & Lounge, Jakarta, Minggu, 25 Januari 2004.[2]
Setelah sukses menggelar konser, Yovie kembali hadir lewat album barunya bertitel Kemenangan Hati (2007). Dari 12 lagu yang ada dalam album ini, tiga di antaranya pernah dinyanyikan Yovie saat konser.[7]
[sunting] Yovie & The Nuno
Tahun 2001, Yovie merilis album dengan bendera Yovie & Nuno bertajuk Semua Bintang. Nama band Nuno diambil dari bahasa Latin, Numero Uno, yang artinya nomor satu. Band bentukannya ini adalah wujud idealisme Yovie yang tak bisa diolah maksimal di Kahitna.[8] Pada album ini, selain bersama The Nuno, Yovie juga berkolaborasi dengan Andi /rif, Fariz RM, Glenn Fredly, Audy, dan salah satu personel grup Warna. Album ini terkesan lebih 'garang' dibanding albumnya bersama Kahitna. Apalagi dengan dukungan personil The Nuno, Baron yang mantan gitaris Gigi dan Rere yang drummernya Grass Rock.[9]
Tiga tahun kemudian, Yovie & Nuno berganti nama menjadi Yovie & The Nuno serta merilis album baru bertajuk Kemenangan Cinta (2004). Di album kedua ini, personel The Nuno ada yang berganti. Kebanyakan berasal dari Surabaya. Personel The Nuno untuk album kedua yaitu Ersta, mantan bassis X-men (bass), Gail (vokal), Diat (gitar), Rere (drum), dan Dudi Oris (vokal).
Penghujung 2007, Yovie mengeluarkan album lagi. Kali ini kembali dengan nama Yovie & Nuno. Ini dikarenakan Gail (vokal), Ersta (bas) dan Rere (drum) sebagai personil Yovie & The Nuno mengundurkan diri. Yovie pun merekrut Dikta pada vokal untuk mendampingi Dudi dan Diat di posisi gitar untuk bergabung dalam Yovie & Nuno. Untuk menandai kemunculan Yovie & Nuno, mereka meluncurkan album bertajuk The Special One (2007) yang terinspirasi dari penggalan lirik lagu "Janji Putih" ciptaan Yovie, yang dipopulerkan Bening.[10]
[sunting] Kehidupan pribadi
Yovie menikah tahun 1998 dengan Dewayani, yang kini telah memberinya sepasang anak.[11]. yang bernama Arsy dan Yara, kini Arsy sudah berumur 9 tahun dan Yara 5 tahun (@2009)
[sunting] Diskografi
[sunting] Kahitna
Cerita Cinta (1994)
Cantik (1996)
Sampai Nanti (1998)
Permaisuriku (2000)
The Best of Kahitna (2002)
Cinta Sudah Lewat (2003)
Soulmate (2006)
Lebih Dari Sekedar Cantik (2010)
[sunting] Yovie & The Nuno
Semua Bintang (2001)
Kemenangan Cinta (2005)
The Special One (2007)
[sunting] Solo
Kumpulan Karya Terbaik Yovie Widianto (2000)
A Portrait of Yovie (2005)
Kemenangan Hati (2007)
[sunting] Konser Solo
The Magical Journey of Yovie Widianto (2006)
[sunting] Karya-karya Yovie Widianto antara lain
Katakanlah (Tetty Manurung)
Merenda Kasih (Ruth Sahanaya)
Ada Cinta (Bening)
Mengapa Tak Ku Hindari (Bening)
Arti Sebuah Keangkuhan (Sherine)
Untukku (Chrisye)
Kemenangan Hati(Ihsan)
Menanti (Dea Mirella)
Takkan Terganti (Dea Mirella)
Terlalu Cinta (Rossa)
Tak Termiliki (Rossa)
Kini (Rossa)
Menyesal (Ressa Herlambang)
Biarkanlah (Nia Zulkarnaen)
Sebatas Mimpi (Rita Effendy)
Cerita Cinta (Kahitna)
Cantik (Kahitna)
Seandainya Aku Bisa Terbang (Kahitna)
Andai Dia Tahu (Kahitna)
Sampai Nanti (Kahitna)
Setahun Kemarin (Kahitna)
Permaisuriku (Kahitna)
Cinta Sudah Lewat (Kahitna)
Adakah Dia (Kahitna)
Katakan Saja (Kahitna)
Aku-Dirimu-Dirinya (Kahitna)
Cinta Sendiri (Kahitna)
Indah Ku Ingat Dirimu (Yovie & Nuno)
Lebih Dekat Denganmu Juwita (Yovie & Nuno)
Janji Di Atas Ingkar (Audy)
Kasih Putih (Glenn Fredly)
Suratku (Hedi Yunus)
Bukan Untukku (Rio Febrian)
Lebih Baik Darinya (Rio Febrian)
Salahi Aku (Rio Febrian)
Bila Ku Ingat (Lingua)
Adilkah Ini (Tia AFI
Kekasih Sejati (Monita)
Beda (Andity)
Semenjak Ada Dirimu (Andity)
dan lain-lain

[sunting] Pendidikan
Serius di musik tak membuat Yovie lupa kuliah. Yovie berhasil menyelesaikan kuliah di Jurusan Hubungan Internasional Fisip Unpad, Bandung dengan predikat cum laude.[2]
[sunting] Perjalanan karier
[sunting] Awal karier
Yovie lahir di keluarga yang sangat dekat dengan musik. Meski begitu, sang bunda awalnya melarang Yovie berprofesi sebagai musisi. Yovie berkenalan dengan musik jazz saat berusia 5 tahun. Pamannya, Hasbullah Ridwan, yang tidak lain adalah ayah Elfa Secioria, salah satu komposer dan musisi senior Indonesia adalah orang yang berperan mengenalkan Yovie pada musik jazz.
Kemudian Yovie pun mulai bermain band, dengan masih membawa 'ruh' jazz. Sejak duduk di bangku SMP, Yovie telah rutin bermain band di Hotel Savoy Homann, Bandung. Ruth Sahanaya dan Trie Utami pernah menjadi teman main band-nya saat itu.
Yovie mulai berkiprah di tingkat nasional dengan mengikuti Festival Band Tingkat Nasional di Balai Sidang Jakarta (sekarang Jakarta Convention Center/JCC) tahun 1986. Tahun yang sama ia membentuk Kahitna. Sejak saat itu, berbagai prestasi nasional dan internasional diraih Yovie. Salah satunya adalah The Best Composer pada Young Star International Festival di Taipei, Taiwan, tahun 1991.
Perkenalan pertama Yovie dengan musik pop pada tahun 1986 melalui album David Foster yang musik-musiknya memiliki melodi sederhana, tetapi chord-nya susah, dan satu lagu bisa memiliki beberapa nada dasar yang berbeda. Menurut Yovie berkat David Foster dia menjadi tahu bahwa musik pop bisa dibuat berbobot. Sejak saat itu, Yovie mulai melirik industri musik pop Indonesia dengan patokan karya-karya 'pop bergizi' David Foster dan Quincy Jones.
Yovie dalam ajang AMI Awards 2009, ia mendapatkan nominasi terbanyak, sebanyak 7 nominasi, dalam kategori duo/kolaborasi/grup terbaik, penata musik terbaik, pendatang baru terbaik dari yang terbaik, album terbaik dari yang terbaik, karya produksi terbaik dari yang terbaik.
[sunting] Kahitna
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kahitna
Tahun 1994, bersama Kahitna, Yovie merilis album perdana mereka, Cerita Cinta. Sejak saat itu kesuksesan Yovie dimulai. Yovie bersama Kahitna telah merilis 7 album yaitu Cerita Cinta (1994), Cantik (1996), Sampai Nanti (1998), Permaisuriku (2000), Cinta Sudah Lewat (2003) dan Soulmate (2006) serta album The Best of Kahitna (2002).
Kahitna pernah meraih prestasi Grand Prix Winner Band Explosion 1987 dan Band Explosion Tokyo-Japan 1991.[3]
[sunting] Solo
Medio 2000, Yovie merilis album yang diberi judul Kumpulan Karya Terbaik Yovie Widianto.[4] Tahun 2005, Yovie merilis album A Portrait of Yovie, kumpulan lagu-lagu terbaiknya yang dibawakan oleh para penyanyi kenamaan. Di album ini, ada karya terbaru Yovie berjudul "Tak 100%" dibawakan oleh Astrid, penyanyi yang sudah berkiprah mengisi soundtrack Tusuk Jelangkung. Runner-up Indonesian Idol, Delon, juga turut menyanyikan sebuah lagu terbarunya yang berjudul "Terjaga di Setiap Mimpiku". Sebagai single unggulan, dipilihlah lagu "Salahi Aku (Ku Jatuh Cinta Lagi)" yang dinyanyikan Rio Febrian. Di album ini, Yovie juga dibantu oleh Stephen Santoso dan Tohpati dalam mengaransemen lagu-lagu baru.[5]
Sebagai penghargaan 23 tahun perjalanannya di belantika musik Indonesia, Yovie menggelar konser spesial yang diberi tajuk A Mild Live The Magical Journey Of Yovie Widianto. Konser tersebut berlangsung 14 September 2006 di Plenary Hall, Jakarta Convention Center.[6] Dua tahun sebelumnya, Yovie pernah menggelar konser 'kecil' atas pencapaian karirnya di dunia musik selama 21 tahun bertempat di Zoom Resto & Lounge, Jakarta, Minggu, 25 Januari 2004.[2]
Setelah sukses menggelar konser, Yovie kembali hadir lewat album barunya bertitel Kemenangan Hati (2007). Dari 12 lagu yang ada dalam album ini, tiga di antaranya pernah dinyanyikan Yovie saat konser.[7]
[sunting] Yovie & The Nuno
Tahun 2001, Yovie merilis album dengan bendera Yovie & Nuno bertajuk Semua Bintang. Nama band Nuno diambil dari bahasa Latin, Numero Uno, yang artinya nomor satu. Band bentukannya ini adalah wujud idealisme Yovie yang tak bisa diolah maksimal di Kahitna.[8] Pada album ini, selain bersama The Nuno, Yovie juga berkolaborasi dengan Andi /rif, Fariz RM, Glenn Fredly, Audy, dan salah satu personel grup Warna. Album ini terkesan lebih 'garang' dibanding albumnya bersama Kahitna. Apalagi dengan dukungan personil The Nuno, Baron yang mantan gitaris Gigi dan Rere yang drummernya Grass Rock.[9]
Tiga tahun kemudian, Yovie & Nuno berganti nama menjadi Yovie & The Nuno serta merilis album baru bertajuk Kemenangan Cinta (2004). Di album kedua ini, personel The Nuno ada yang berganti. Kebanyakan berasal dari Surabaya. Personel The Nuno untuk album kedua yaitu Ersta, mantan bassis X-men (bass), Gail (vokal), Diat (gitar), Rere (drum), dan Dudi Oris (vokal).
Penghujung 2007, Yovie mengeluarkan album lagi. Kali ini kembali dengan nama Yovie & Nuno. Ini dikarenakan Gail (vokal), Ersta (bas) dan Rere (drum) sebagai personil Yovie & The Nuno mengundurkan diri. Yovie pun merekrut Dikta pada vokal untuk mendampingi Dudi dan Diat di posisi gitar untuk bergabung dalam Yovie & Nuno. Untuk menandai kemunculan Yovie & Nuno, mereka meluncurkan album bertajuk The Special One (2007) yang terinspirasi dari penggalan lirik lagu "Janji Putih" ciptaan Yovie, yang dipopulerkan Bening.[10]
[sunting] Kehidupan pribadi
Yovie menikah tahun 1998 dengan Dewayani, yang kini telah memberinya sepasang anak.[11]. yang bernama Arsy dan Yara, kini Arsy sudah berumur 9 tahun dan Yara 5 tahun (@2009)
[sunting] Diskografi
[sunting] Kahitna
Cerita Cinta (1994)
Cantik (1996)
Sampai Nanti (1998)
Permaisuriku (2000)
The Best of Kahitna (2002)
Cinta Sudah Lewat (2003)
Soulmate (2006)
Lebih Dari Sekedar Cantik (2010)
[sunting] Yovie & The Nuno
Semua Bintang (2001)
Kemenangan Cinta (2005)
The Special One (2007)
[sunting] Solo
Kumpulan Karya Terbaik Yovie Widianto (2000)
A Portrait of Yovie (2005)
Kemenangan Hati (2007)
[sunting] Konser Solo
The Magical Journey of Yovie Widianto (2006)
[sunting] Karya-karya Yovie Widianto antara lain
Katakanlah (Tetty Manurung)
Merenda Kasih (Ruth Sahanaya)
Ada Cinta (Bening)
Mengapa Tak Ku Hindari (Bening)
Arti Sebuah Keangkuhan (Sherine)
Untukku (Chrisye)
Kemenangan Hati(Ihsan)
Menanti (Dea Mirella)
Takkan Terganti (Dea Mirella)
Terlalu Cinta (Rossa)
Tak Termiliki (Rossa)
Kini (Rossa)
Menyesal (Ressa Herlambang)
Biarkanlah (Nia Zulkarnaen)
Sebatas Mimpi (Rita Effendy)
Cerita Cinta (Kahitna)
Cantik (Kahitna)
Seandainya Aku Bisa Terbang (Kahitna)
Andai Dia Tahu (Kahitna)
Sampai Nanti (Kahitna)
Setahun Kemarin (Kahitna)
Permaisuriku (Kahitna)
Cinta Sudah Lewat (Kahitna)
Adakah Dia (Kahitna)
Katakan Saja (Kahitna)
Aku-Dirimu-Dirinya (Kahitna)
Cinta Sendiri (Kahitna)
Indah Ku Ingat Dirimu (Yovie & Nuno)
Lebih Dekat Denganmu Juwita (Yovie & Nuno)
Janji Di Atas Ingkar (Audy)
Kasih Putih (Glenn Fredly)
Suratku (Hedi Yunus)
Bukan Untukku (Rio Febrian)
Lebih Baik Darinya (Rio Febrian)
Salahi Aku (Rio Febrian)
Bila Ku Ingat (Lingua)
Adilkah Ini (Tia AFI
Kekasih Sejati (Monita)
Beda (Andity)
Semenjak Ada Dirimu (Andity)
dan lain-lain
[sunting] Pendidikan
Serius di musik tak membuat Yovie lupa kuliah. Yovie berhasil menyelesaikan kuliah di Jurusan Hubungan Internasional Fisip Unpad, Bandung dengan predikat cum laude.[2]
[sunting] Perjalanan karier
[sunting] Awal karier
Yovie lahir di keluarga yang sangat dekat dengan musik. Meski begitu, sang bunda awalnya melarang Yovie berprofesi sebagai musisi. Yovie berkenalan dengan musik jazz saat berusia 5 tahun. Pamannya, Hasbullah Ridwan, yang tidak lain adalah ayah Elfa Secioria, salah satu komposer dan musisi senior Indonesia adalah orang yang berperan mengenalkan Yovie pada musik jazz.
Kemudian Yovie pun mulai bermain band, dengan masih membawa 'ruh' jazz. Sejak duduk di bangku SMP, Yovie telah rutin bermain band di Hotel Savoy Homann, Bandung. Ruth Sahanaya dan Trie Utami pernah menjadi teman main band-nya saat itu.
Yovie mulai berkiprah di tingkat nasional dengan mengikuti Festival Band Tingkat Nasional di Balai Sidang Jakarta (sekarang Jakarta Convention Center/JCC) tahun 1986. Tahun yang sama ia membentuk Kahitna. Sejak saat itu, berbagai prestasi nasional dan internasional diraih Yovie. Salah satunya adalah The Best Composer pada Young Star International Festival di Taipei, Taiwan, tahun 1991.
Perkenalan pertama Yovie dengan musik pop pada tahun 1986 melalui album David Foster yang musik-musiknya memiliki melodi sederhana, tetapi chord-nya susah, dan satu lagu bisa memiliki beberapa nada dasar yang berbeda. Menurut Yovie berkat David Foster dia menjadi tahu bahwa musik pop bisa dibuat berbobot. Sejak saat itu, Yovie mulai melirik industri musik pop Indonesia dengan patokan karya-karya 'pop bergizi' David Foster dan Quincy Jones.
Yovie dalam ajang AMI Awards 2009, ia mendapatkan nominasi terbanyak, sebanyak 7 nominasi, dalam kategori duo/kolaborasi/grup terbaik, penata musik terbaik, pendatang baru terbaik dari yang terbaik, album terbaik dari yang terbaik, karya produksi terbaik dari yang terbaik.
[sunting] Kahitna
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kahitna
Tahun 1994, bersama Kahitna, Yovie merilis album perdana mereka, Cerita Cinta. Sejak saat itu kesuksesan Yovie dimulai. Yovie bersama Kahitna telah merilis 7 album yaitu Cerita Cinta (1994), Cantik (1996), Sampai Nanti (1998), Permaisuriku (2000), Cinta Sudah Lewat (2003) dan Soulmate (2006) serta album The Best of Kahitna (2002).
Kahitna pernah meraih prestasi Grand Prix Winner Band Explosion 1987 dan Band Explosion Tokyo-Japan 1991.[3]
[sunting] Solo
Medio 2000, Yovie merilis album yang diberi judul Kumpulan Karya Terbaik Yovie Widianto.[4] Tahun 2005, Yovie merilis album A Portrait of Yovie, kumpulan lagu-lagu terbaiknya yang dibawakan oleh para penyanyi kenamaan. Di album ini, ada karya terbaru Yovie berjudul "Tak 100%" dibawakan oleh Astrid, penyanyi yang sudah berkiprah mengisi soundtrack Tusuk Jelangkung. Runner-up Indonesian Idol, Delon, juga turut menyanyikan sebuah lagu terbarunya yang berjudul "Terjaga di Setiap Mimpiku". Sebagai single unggulan, dipilihlah lagu "Salahi Aku (Ku Jatuh Cinta Lagi)" yang dinyanyikan Rio Febrian. Di album ini, Yovie juga dibantu oleh Stephen Santoso dan Tohpati dalam mengaransemen lagu-lagu baru.[5]
Sebagai penghargaan 23 tahun perjalanannya di belantika musik Indonesia, Yovie menggelar konser spesial yang diberi tajuk A Mild Live The Magical Journey Of Yovie Widianto. Konser tersebut berlangsung 14 September 2006 di Plenary Hall, Jakarta Convention Center.[6] Dua tahun sebelumnya, Yovie pernah menggelar konser 'kecil' atas pencapaian karirnya di dunia musik selama 21 tahun bertempat di Zoom Resto & Lounge, Jakarta, Minggu, 25 Januari 2004.[2]
Setelah sukses menggelar konser, Yovie kembali hadir lewat album barunya bertitel Kemenangan Hati (2007). Dari 12 lagu yang ada dalam album ini, tiga di antaranya pernah dinyanyikan Yovie saat konser.[7]
[sunting] Yovie & The Nuno
Tahun 2001, Yovie merilis album dengan bendera Yovie & Nuno bertajuk Semua Bintang. Nama band Nuno diambil dari bahasa Latin, Numero Uno, yang artinya nomor satu. Band bentukannya ini adalah wujud idealisme Yovie yang tak bisa diolah maksimal di Kahitna.[8] Pada album ini, selain bersama The Nuno, Yovie juga berkolaborasi dengan Andi /rif, Fariz RM, Glenn Fredly, Audy, dan salah satu personel grup Warna. Album ini terkesan lebih 'garang' dibanding albumnya bersama Kahitna. Apalagi dengan dukungan personil The Nuno, Baron yang mantan gitaris Gigi dan Rere yang drummernya Grass Rock.[9]
Tiga tahun kemudian, Yovie & Nuno berganti nama menjadi Yovie & The Nuno serta merilis album baru bertajuk Kemenangan Cinta (2004). Di album kedua ini, personel The Nuno ada yang berganti. Kebanyakan berasal dari Surabaya. Personel The Nuno untuk album kedua yaitu Ersta, mantan bassis X-men (bass), Gail (vokal), Diat (gitar), Rere (drum), dan Dudi Oris (vokal).
Penghujung 2007, Yovie mengeluarkan album lagi. Kali ini kembali dengan nama Yovie & Nuno. Ini dikarenakan Gail (vokal), Ersta (bas) dan Rere (drum) sebagai personil Yovie & The Nuno mengundurkan diri. Yovie pun merekrut Dikta pada vokal untuk mendampingi Dudi dan Diat di posisi gitar untuk bergabung dalam Yovie & Nuno. Untuk menandai kemunculan Yovie & Nuno, mereka meluncurkan album bertajuk The Special One (2007) yang terinspirasi dari penggalan lirik lagu "Janji Putih" ciptaan Yovie, yang dipopulerkan Bening.[10]
[sunting] Kehidupan pribadi
Yovie menikah tahun 1998 dengan Dewayani, yang kini telah memberinya sepasang anak.[11]. yang bernama Arsy dan Yara, kini Arsy sudah berumur 9 tahun dan Yara 5 tahun (@2009)
[sunting] Diskografi
[sunting] Kahitna
Cerita Cinta (1994)
Cantik (1996)
Sampai Nanti (1998)
Permaisuriku (2000)
The Best of Kahitna (2002)
Cinta Sudah Lewat (2003)
Soulmate (2006)
Lebih Dari Sekedar Cantik (2010)
[sunting] Yovie & The Nuno
Semua Bintang (2001)
Kemenangan Cinta (2005)
The Special One (2007)
[sunting] Solo
Kumpulan Karya Terbaik Yovie Widianto (2000)
A Portrait of Yovie (2005)
Kemenangan Hati (2007)
[sunting] Konser Solo
The Magical Journey of Yovie Widianto (2006)
[sunting] Karya-karya Yovie Widianto antara lain
Katakanlah (Tetty Manurung)
Merenda Kasih (Ruth Sahanaya)
Ada Cinta (Bening)
Mengapa Tak Ku Hindari (Bening)
Arti Sebuah Keangkuhan (Sherine)
Untukku (Chrisye)
Kemenangan Hati(Ihsan)
Menanti (Dea Mirella)
Takkan Terganti (Dea Mirella)
Terlalu Cinta (Rossa)
Tak Termiliki (Rossa)
Kini (Rossa)
Menyesal (Ressa Herlambang)
Biarkanlah (Nia Zulkarnaen)
Sebatas Mimpi (Rita Effendy)
Cerita Cinta (Kahitna)
Cantik (Kahitna)
Seandainya Aku Bisa Terbang (Kahitna)
Andai Dia Tahu (Kahitna)
Sampai Nanti (Kahitna)
Setahun Kemarin (Kahitna)
Permaisuriku (Kahitna)
Cinta Sudah Lewat (Kahitna)
Adakah Dia (Kahitna)
Katakan Saja (Kahitna)
Aku-Dirimu-Dirinya (Kahitna)
Cinta Sendiri (Kahitna)
Indah Ku Ingat Dirimu (Yovie & Nuno)
Lebih Dekat Denganmu Juwita (Yovie & Nuno)
Janji Di Atas Ingkar (Audy)
Kasih Putih (Glenn Fredly)
Suratku (Hedi Yunus)
Bukan Untukku (Rio Febrian)
Lebih Baik Darinya (Rio Febrian)
Salahi Aku (Rio Febrian)
Bila Ku Ingat (Lingua)
Adilkah Ini (Tia AFI
Kekasih Sejati (Monita)
Beda (Andity)
Semenjak Ada Dirimu (Andity)
dan lain-lain

[sunting] Pendidikan
Serius di musik tak membuat Yovie lupa kuliah. Yovie berhasil menyelesaikan kuliah di Jurusan Hubungan Internasional Fisip Unpad, Bandung dengan predikat cum laude.[2]
[sunting] Perjalanan karier
[sunting] Awal karier
Yovie lahir di keluarga yang sangat dekat dengan musik. Meski begitu, sang bunda awalnya melarang Yovie berprofesi sebagai musisi. Yovie berkenalan dengan musik jazz saat berusia 5 tahun. Pamannya, Hasbullah Ridwan, yang tidak lain adalah ayah Elfa Secioria, salah satu komposer dan musisi senior Indonesia adalah orang yang berperan mengenalkan Yovie pada musik jazz.
Kemudian Yovie pun mulai bermain band, dengan masih membawa 'ruh' jazz. Sejak duduk di bangku SMP, Yovie telah rutin bermain band di Hotel Savoy Homann, Bandung. Ruth Sahanaya dan Trie Utami pernah menjadi teman main band-nya saat itu.
Yovie mulai berkiprah di tingkat nasional dengan mengikuti Festival Band Tingkat Nasional di Balai Sidang Jakarta (sekarang Jakarta Convention Center/JCC) tahun 1986. Tahun yang sama ia membentuk Kahitna. Sejak saat itu, berbagai prestasi nasional dan internasional diraih Yovie. Salah satunya adalah The Best Composer pada Young Star International Festival di Taipei, Taiwan, tahun 1991.
Perkenalan pertama Yovie dengan musik pop pada tahun 1986 melalui album David Foster yang musik-musiknya memiliki melodi sederhana, tetapi chord-nya susah, dan satu lagu bisa memiliki beberapa nada dasar yang berbeda. Menurut Yovie berkat David Foster dia menjadi tahu bahwa musik pop bisa dibuat berbobot. Sejak saat itu, Yovie mulai melirik industri musik pop Indonesia dengan patokan karya-karya 'pop bergizi' David Foster dan Quincy Jones.
Yovie dalam ajang AMI Awards 2009, ia mendapatkan nominasi terbanyak, sebanyak 7 nominasi, dalam kategori duo/kolaborasi/grup terbaik, penata musik terbaik, pendatang baru terbaik dari yang terbaik, album terbaik dari yang terbaik, karya produksi terbaik dari yang terbaik.
[sunting] Kahitna
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kahitna
Tahun 1994, bersama Kahitna, Yovie merilis album perdana mereka, Cerita Cinta. Sejak saat itu kesuksesan Yovie dimulai. Yovie bersama Kahitna telah merilis 7 album yaitu Cerita Cinta (1994), Cantik (1996), Sampai Nanti (1998), Permaisuriku (2000), Cinta Sudah Lewat (2003) dan Soulmate (2006) serta album The Best of Kahitna (2002).
Kahitna pernah meraih prestasi Grand Prix Winner Band Explosion 1987 dan Band Explosion Tokyo-Japan 1991.[3]
[sunting] Solo
Medio 2000, Yovie merilis album yang diberi judul Kumpulan Karya Terbaik Yovie Widianto.[4] Tahun 2005, Yovie merilis album A Portrait of Yovie, kumpulan lagu-lagu terbaiknya yang dibawakan oleh para penyanyi kenamaan. Di album ini, ada karya terbaru Yovie berjudul "Tak 100%" dibawakan oleh Astrid, penyanyi yang sudah berkiprah mengisi soundtrack Tusuk Jelangkung. Runner-up Indonesian Idol, Delon, juga turut menyanyikan sebuah lagu terbarunya yang berjudul "Terjaga di Setiap Mimpiku". Sebagai single unggulan, dipilihlah lagu "Salahi Aku (Ku Jatuh Cinta Lagi)" yang dinyanyikan Rio Febrian. Di album ini, Yovie juga dibantu oleh Stephen Santoso dan Tohpati dalam mengaransemen lagu-lagu baru.[5]
Sebagai penghargaan 23 tahun perjalanannya di belantika musik Indonesia, Yovie menggelar konser spesial yang diberi tajuk A Mild Live The Magical Journey Of Yovie Widianto. Konser tersebut berlangsung 14 September 2006 di Plenary Hall, Jakarta Convention Center.[6] Dua tahun sebelumnya, Yovie pernah menggelar konser 'kecil' atas pencapaian karirnya di dunia musik selama 21 tahun bertempat di Zoom Resto & Lounge, Jakarta, Minggu, 25 Januari 2004.[2]
Setelah sukses menggelar konser, Yovie kembali hadir lewat album barunya bertitel Kemenangan Hati (2007). Dari 12 lagu yang ada dalam album ini, tiga di antaranya pernah dinyanyikan Yovie saat konser.[7]
[sunting] Yovie & The Nuno
Tahun 2001, Yovie merilis album dengan bendera Yovie & Nuno bertajuk Semua Bintang. Nama band Nuno diambil dari bahasa Latin, Numero Uno, yang artinya nomor satu. Band bentukannya ini adalah wujud idealisme Yovie yang tak bisa diolah maksimal di Kahitna.[8] Pada album ini, selain bersama The Nuno, Yovie juga berkolaborasi dengan Andi /rif, Fariz RM, Glenn Fredly, Audy, dan salah satu personel grup Warna. Album ini terkesan lebih 'garang' dibanding albumnya bersama Kahitna. Apalagi dengan dukungan personil The Nuno, Baron yang mantan gitaris Gigi dan Rere yang drummernya Grass Rock.[9]
Tiga tahun kemudian, Yovie & Nuno berganti nama menjadi Yovie & The Nuno serta merilis album baru bertajuk Kemenangan Cinta (2004). Di album kedua ini, personel The Nuno ada yang berganti. Kebanyakan berasal dari Surabaya. Personel The Nuno untuk album kedua yaitu Ersta, mantan bassis X-men (bass), Gail (vokal), Diat (gitar), Rere (drum), dan Dudi Oris (vokal).
Penghujung 2007, Yovie mengeluarkan album lagi. Kali ini kembali dengan nama Yovie & Nuno. Ini dikarenakan Gail (vokal), Ersta (bas) dan Rere (drum) sebagai personil Yovie & The Nuno mengundurkan diri. Yovie pun merekrut Dikta pada vokal untuk mendampingi Dudi dan Diat di posisi gitar untuk bergabung dalam Yovie & Nuno. Untuk menandai kemunculan Yovie & Nuno, mereka meluncurkan album bertajuk The Special One (2007) yang terinspirasi dari penggalan lirik lagu "Janji Putih" ciptaan Yovie, yang dipopulerkan Bening.[10]
[sunting] Kehidupan pribadi
Yovie menikah tahun 1998 dengan Dewayani, yang kini telah memberinya sepasang anak.[11]. yang bernama Arsy dan Yara, kini Arsy sudah berumur 9 tahun dan Yara 5 tahun (@2009)
[sunting] Diskografi
[sunting] Kahitna
Cerita Cinta (1994)
Cantik (1996)
Sampai Nanti (1998)
Permaisuriku (2000)
The Best of Kahitna (2002)
Cinta Sudah Lewat (2003)
Soulmate (2006)
Lebih Dari Sekedar Cantik (2010)
[sunting] Yovie & The Nuno
Semua Bintang (2001)
Kemenangan Cinta (2005)
The Special One (2007)
[sunting] Solo
Kumpulan Karya Terbaik Yovie Widianto (2000)
A Portrait of Yovie (2005)
Kemenangan Hati (2007)
[sunting] Konser Solo
The Magical Journey of Yovie Widianto (2006)
[sunting] Karya-karya Yovie Widianto antara lain
Katakanlah (Tetty Manurung)
Merenda Kasih (Ruth Sahanaya)
Ada Cinta (Bening)
Mengapa Tak Ku Hindari (Bening)
Arti Sebuah Keangkuhan (Sherine)
Untukku (Chrisye)
Kemenangan Hati(Ihsan)
Menanti (Dea Mirella)
Takkan Terganti (Dea Mirella)
Terlalu Cinta (Rossa)
Tak Termiliki (Rossa)
Kini (Rossa)
Menyesal (Ressa Herlambang)
Biarkanlah (Nia Zulkarnaen)
Sebatas Mimpi (Rita Effendy)
Cerita Cinta (Kahitna)
Cantik (Kahitna)
Seandainya Aku Bisa Terbang (Kahitna)
Andai Dia Tahu (Kahitna)
Sampai Nanti (Kahitna)
Setahun Kemarin (Kahitna)
Permaisuriku (Kahitna)
Cinta Sudah Lewat (Kahitna)
Adakah Dia (Kahitna)
Katakan Saja (Kahitna)
Aku-Dirimu-Dirinya (Kahitna)
Cinta Sendiri (Kahitna)
Indah Ku Ingat Dirimu (Yovie & Nuno)
Lebih Dekat Denganmu Juwita (Yovie & Nuno)
Janji Di Atas Ingkar (Audy)
Kasih Putih (Glenn Fredly)
Suratku (Hedi Yunus)
Bukan Untukku (Rio Febrian)
Lebih Baik Darinya (Rio Febrian)
Salahi Aku (Rio Febrian)
Bila Ku Ingat (Lingua)
Adilkah Ini (Tia AFI
Kekasih Sejati (Monita)
Beda (Andity)
Semenjak Ada Dirimu (Andity)
dan lain-lain












Nama Lengkapnya:Pradikta Wicaksono
- Panggilan:Wicak Dikta
- Lahir di Jakarta, 10 Januari 1986 (masih daun muda… yuuu…!%$#%$)
- Anak ke 2 dari 3 bersaudara
- Agama Islam
- Pendidikan Akhir SMA
- Kuliah di Moestopo Jakarta
- Ukuran Baju: Kayanya sih M
- Ukuran Celana: 30an
- Ukuran Sepatu: sekitar 43
- Hobby: Nyanyi, main musik, masak, nyuci piring, ngepel lantai
- Musisi Favorit: Jimi Hendrix, Stevie Ray Vaughan, E Dafter

R.A Kartini

Biografi R.A Kartini

Raden Ajeng Kartini lahir pada tahun 1879 di kota Rembang. Ia anak salah seorang bangsawan yang masih sangat taat pada adat istiadat. Setelah lulus dari Sekolah Dasar ia tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi oleh orangtuanya. Ia dipingit sambil menunggu waktu untuk dinikahkan. Kartini kecil sangat sedih dengan hal tersebut, ia ingin menentang tapi tak berani karena takut dianggap anak durhaka. Untuk menghilangkan kesedihannya, ia mengumpulkan buku-buku pelajaran dan buku ilmu pengetahuan lainnya yang kemudian dibacanya di taman rumah dengan ditemani Simbok (pembantunya).

Akhirnya membaca menjadi kegemarannya, tiada hari tanpa membaca. Semua buku, termasuk surat kabar dibacanya. Kalau ada kesulitan dalam memahami buku-buku dan surat kabar yang dibacanya, ia selalu menanyakan kepada Bapaknya. Melalui buku inilah, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir wanita Eropa (Belanda, yang waktu itu masih menjajah Indonesia). Timbul keinginannya untuk memajukan wanita Indonesia. Wanita tidak hanya didapur tetapi juga harus mempunyai ilmu. Ia memulai dengan mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajarkan tulis menulis dan ilmu pengetahuan lainnya. Ditengah kesibukannya ia tidak berhenti membaca dan juga menulis surat dengan teman-temannya yang berada di negeri Belanda. Tak berapa lama ia menulis surat pada Mr.J.H Abendanon. Ia memohon diberikan beasiswa untuk belajar di negeri Belanda.

Beasiswa yang didapatkannya tidak sempat dimanfaatkan Kartini karena ia dinikahkan oleh orangtuanya dengan Raden Adipati Joyodiningrat. Setelah menikah ia ikut suaminya ke daerah Rembang. Suaminya mengerti dan ikut mendukung Kartini untuk mendirikan sekolah wanita. Berkat kegigihannya Kartini berhasil mendirikan Sekolah Wanita di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah “Sekolah Kartini”. Ketenarannya tidak membuat Kartini menjadi sombong, ia tetap santun, menghormati keluarga dan siapa saja, tidak membedakan antara yang miskin dan kaya.

Pada tanggal 17 september 1904, Kartini meninggal dunia dalam usianya yang ke-25, setelah ia melahirkan putra pertamanya. Setelah Kartini wafat, Mr.J.H Abendanon memngumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada para teman-temannya di Eropa. Buku itu diberi judul “DOOR DUISTERNIS TOT LICHT” yang artinya “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Saat ini mudah-mudahan di Indonesia akan terlahir kembali Kartini-kartini lain yang mau berjuang demi kepentingan orang banyak